Kamis, 27 Maret 2014

Home



Senangnya bisa menginjakkan kaki kembali di tanah kelahiran, Tanah Karo. Tiga tahun lebih tidak pulang kampung, banyak yang berubah. Dulu sepanjang jalan ke kampungku, mulai dari berastagi aku bisa melihat pohon jeruk di kiri kanan jalan dengan buah-buahnya yang ranum itu, namun saat pulang kali ini tanamannya sudah beragam, pohon jeruk hanya sedikit dan sebagian hanya tinggal ranting-rantingnya saja. Ya. Kata Bapak itu karena serangan hama lalat buah. Sempat berpikir, bagaimana bisa terjadi? Bagaimana tindakan pemerintah dan dimana semua para insinyur-insinyur pertanian yang membanggakan itu? Mungkin mereka lupa pada nasib para petani seperti Bapak karena tidak menguntungkan bagi mereka.
Eitss. Sudahi saja mengeluh pada pemerintahan negeri ini. tidak akan pernah habis dan bisa jadi aku tambah depresi :D
Hahaha
Pulang ke kampung halaman dengan predikat Sarjana pengangguran itu seperti memikul gunung dipundak. Banyak tanggapan  yang harus aku terima, baik tanggapan positif dan negatif. Saudara, tetangga, tetangga jauh, tetangga jauh-sangat jauh turut memberi tanggapan. Aku jadi heran, apa aku sepopuler itu? Namun sayangnya tidak ada satu pun diantara mereka yang menawarkan pekerjaan, huftth.. . sempat kesal juga, namun Ibuk selalu bilang untuk sabar dan ambil hikmahnya saja. Jadikan motivasi saja.
Sore dan Pagi di dataran tingggi ini selalu terasa dingin. Dan sore ini udara dingin mulai menyelimuti kulitku seiring terbenamnya matahari. Kuputuskan untuk menyalakan perapian di samping rumah, tempat yang dulu kami gunakan untuk memasak makanan hewan ternak ataupun sekedar berdiang.
Sambil menghangatkan diri aku memperhatikan ayam-ayam  kami kembali ke kandangnya. Induk ayam yang memiliki anak2 yang masih kecil mengiringi anaknya satu persatu masuk ke kandangnya yang dalam bahasa karo disebut ‘sunun’. Sementara ayam-ayam besar kembali ke ‘lipau’. Sebenarnya Bapak sudah membuat ‘lipau’ tempat ayam ini di belakang rumah, namun ternyata ayam-ayam ini lebih suka tinggal di pohon yang tumbuh di depan rumah. Disamping pohon yang tidak terlalu tinggi itu ada sebatang bunga Sri Rejeki yang digunakan oleh ayam2 sebagai tangga menaiki pohon. Satu persatu mereka terbang menaiki dahan demi dahan untuk sampai di tempat paling nyaman.
Ada seekor induk ayam yang mencuri perhatianku. Induk ayam dan anak-anaknya yang masih belajar ‘terbang’ juga ingin menaiki pohon ini. Setelah si ibu ayam sampai ke dahan , dia bersuara “tekotekotekok” (aku gak ngerti artinya apa) memanggil anaknya. Anaknya hanya menciap-ciap dari permukaan tanah. Induknya kemudian turun lagi dan berkeliling ditanah sambil berkotek-kotek, kemudian terbang ke batang bunga Sri Rejeki, kedahan pohon pertama, dahan kedua dan seterusnya sambil terus berkotek-kotek. Anak-anaknya mencoba mengikuti ,terbang kecil melalui batang bunga ke dahan pohon. Beberapa kali anak ayam itu jatuh kembali ke tanah, namun akhirnya anak-anak ayam itu berhasil sampai ke dahan tempat induknya berada.

Lucu. Aku ikut merasa lega sekaligus terharu melihat keluarga kecil ayam tanpa ayah  itu. Iya, belajar dari ketabahan seekor induk ayam memang terasa lucu. Induk ayam biasanya sangat melindungi anaknya. Jika cuaca dingin, induk ayam menghangatkan anaknya dibawah sayapnya. Jika ada hewan lain yang mendekat induk ayam akan mengembangkan bulunya (marah/waspada) dan siap-siap menyerang. Induk ayam mengais-ngais tanah mencari makanan, dan memberikannya pada anaknya.
Melihat induk ayam aku jadi teringat Bapak dan Ibuk. Jika seekor induk ayam saja sepeduli itu pada anaknya, pastinya Bapak dan Ibuk sangat mencintai kami anak-anaknya. Dengan penuh kasih sayang membesarkan, merawat, menafkahi, mendidik, dan ...semua pengorbanan yang tak terkira. Dulu aku merasa tidak puas dengan keluargaku. Kenapa keluargaku tidak kaya dan berkecukupan? Kenapa tidak ada yang peduli padaku? Kenapa dengan keluarga ini? Dulu Aku memilih kuliah di luar kota, karena Aku ingin jauh dari mereka, ingin bebas dari suasana yang membosankan itu. Tapi ternyata aku tak bisa. Jarak dan waktu yang memisahkan tenyata membuatku sadar aku butuh mereka. Aku merindukan keluargaku.  Aku rindu suasana rumah kecil yang selalu ramai itu. Pada kerutan diwajah Bapak saat dia tertawa pada omelan Ibuk. Rindu pada sikap cuek Abang. Rindu pada cerewet dan celotehan Fifit, rindu pada Dirga. Saat ini...saat aku akan pergi meninggalkan mereka lagi rasanya sangat berat. Aku tak ingin meninggalkan mereka. Rasanya ingin selalu berada didekat Bapak dan Ibuk saat mereka menjalani masa tuanya. .
Ingat mereka membuatku ingin menangis. Sampai saat ini belum ada hal yang kulakukan untuk membahagiakan Bapak dan Ibuk. Entah berapa lama lagi aku bisa hidup bersama dengan mereka, memikirkannya saja membuatku sedih. Hanya bisa berdoa pada Tuhan, semoga mereka diberikan kesehatan, umur yang panjang, agar aku bisa melukiskan senyum diwajah mereka . .



with Love,


Avemistika Karosekali



Minggu, 22 September 2013

From Love Letter to Diary (1)


Holaa..
Selamat Malam, semangat pagi :D
malam yang hangat, terlalu hangat hingga membuat susah tidur, dan akhirnya buka blog yang udah lama nggak diapelin...

Waaaaa.... ternyata setelah baca2 blog ku lagi aku jadi sadar, betapa galaunya isi blog ini..
kog bisa aku bikin puisi2 seperti itu? hahahhahahh..

Tadinya pingin hapus, tapi setelah dipikir-pikir nggak usah deh..
biar jadi album kenangan, saat aku udah bener-bener dewasa nanti aku bisa membacanya sehingga aku bisa merasakan dan menghidupkan lagi kenangan-kenangan itu..
Mungkin saat itu aku akan tertawa membacanya, atau aku akan merasa bodoh seperti sekarang.. :D
''Aku  akan menjadi tua (jika Tuhan mengijinkan),satu persatu kenangan-kenanganku perlahan akan menghilang, hanya tulisanku yang mengabadikannya,yang akan mengingatkanku bahwa kenangan itu pernah ada..''
(avemistika karos)

Ohya..aku belum cerita kenapa aku suka nulis, meskipun kebanyakan tulisan yang gak bermanfaat sama orang lain, hehehe
Sejak mulai bisa membaca waktu di SD aku udah mulai ketagihan membaca, awalnya aku suka baca cerita2 bergambar, cerita2 pendek di buku pelajaran sekolahku atau abangku, cerita2 di buku pelajaran Mama (Mamaku guru jadi banyak bukunya, hehe :D ),surat undangan pernikahan, spanduk2 dijalan, bungkus2 makanan ringan, koran bungkus ikan asin, sampai surat cinta abangku, juga aku baca semuanya.Nahh, untuk yang terakhir ini dengan sembunyi2 tentunya, tapi akhirnya ketahuan juga yang berakibat jitakan maut abangku yang hampir bikin aku geger otak..

Menurutku membaca itu sangat banyak manfaatnya yah. Kita bisa mendapatkan hal2 baru, pengetahuan baru dari apa yang kita baca. Buktinya saja aku. Setelah baca surat-surat cinta abangku dari cewek2 yang suka sama dia, aku juga jadi tau bikin surat cinta. Aku bikin surat cinta pertama waktu aku kelas 4 SD. Surat cinta itu untuk teman sekelasku yang aku sukai,yang aku rasa paling cakep waktu itu (namanya juga anak-anak yee  :D). . Tapi karena malu surat cinta itu  nggak jadi aku beri ke dia. Surat itu aku sembunyikan di rak buku, paling bawah, paling aman menurutku. Saking amannya jadi lupa aku sembunyikan dimana.

Sampai di suatu hari yang cerah, tak ada petir tak ada badai, entah mimpi apa malam sebelumnya hingga abangku menemukan surat cintaku. Dramastis. Aku ingat betul tiba-tiba dia nyodorin surat cinta yang beramplop kuning itu di depan wajahku sambil ketawa-ketawa. DEG!! Aku mengejarnya, berusaha merebut amplop itu sekuat tenaga. Tapi  apa daya, aku gak bisa menandingi kegesitan abangku yang notabene 5 tahun lebih tua dariku itu. Aku cuma bisa nangis, melolong, memohon surat cintaku itu dikembalikan. Heeehhh tapi abangku sepertinya justru pingin balas dendam karena aku sering diam-diam baca surat cintanya. Jadi setelah puas mengejekku dan membaca surat itu bersama sepupuku, selesai makan malam dia pun dengan senang hati membacakannya lagi didepan Mamak sama Bapak dan adik-adiku. Mereka semua menertawaiku. Aku bener-bener malu. Rasanya lebih baik aku mati tiba2 aja waktu itu saking malunya. Waktu mau tidur aku berdoa sama Tuhan supaya Tuhan menghilangkan ingatan mereka tentang surat cintaku itu agar besok pagi mereka nggak ingat apa-apa tentang hal itu. Aku ingat waktu itu aku menekankan agar hanya ingatan tentang surat cinta itu aja yang dihapuskan, karna aku gak mau mereka semua hilang ingatan tentang semuanya sampai2 nanti mamak sama bapak pun lupa kalau aku anaknya, hehehe
Yah, sekali lagi waktu itu aku masih anak-anak yah, jadi doanya pun aneh gitu...aku rasa Dia pun bingung dengan doaku jadi permintaanku nggak dikabulkan.. :D (itu lah yang kuanggap waktu itu, tapi ternyata bukan seperti yang kukira :))
Pagi harinya, sama, aku masih menjadi bahan ejekan . Hari berikutnya, masih juga dan terus berlanjut dan aku gak tau entah kapan mereka lupa akan hal itu. Setiap aku buat kesalahan atau hal-hal yang tidak mengenakkan 'surat cinta' itu selalu jadi senjata ampuh untuk membuatku menyerah tanpa perlawanan. Sejak itu aku merasa terkucil di rumah, merasa sendirian, nggak ada yang mengerti aku, semuanya hanya bisa mengejekku. Apa salahnya sebuah surat cinta? Aku semakin tertutup, malas berbagi cerita dengan mereka. Aku jadi mudah tersinggung dengan apa aja, over sensitif, cengeng, merasa makin tidak diinginkan. Aku ingin diperhatikan, tapi ketika mereka memberi perhatian aku yang risih dan kesal.

Saat aku merasa seperti itulah aku mulai menulis. Aku menulis tentang keseharianku disekolah, saat aku senang, sedih, teman-teman yang kusuka dan tidak aku suka, guru-guruku yang baik dan yang paling aku takuti, tentang keinginan-keinginanku, dan tak lupa  tentang cinta-cintaan (monyet). Awalnya aku curhat bagian belakang buku tulis yang kupakai juga untuk buku pelajaran disela-sela proses belajar mengajar berlangsung, tapi karena kadang2 'ditemukan' juga oleh teman2 akhirnya aku membuatnya dalam satu buku 100lembar dan aku curhatnya setelah pulang sekolah dan bukunya aku simpan di lemari.
Saat aku menulis curhatan baru, aku suka membaca lagi tulisan2ku sebelumnya. Dari tulisan-tulisanku aku belajar tentang diriku. Aku menyadari ternyata kadang apa  aku rasakan tidak seperti yang sebenarnya terjadi. Aku bisa merasakan kembali kenaganku saat aku menulis hal tersebut dan melihatnya dengan cara yang berbeda, aku menyebutnya dengan cara yang lebih Dewasa.  :) . Kadang aku menertawai sendiri tulisanku, kebodohanku pernah berpikiran seperti pada waktu itu, termotivasi kembali membaca keinginan-keinginanku yang belum tercapai dan masih harus diperjuangkan. Senyum-senyum sendiri saat menyadari hal-hal romantis yang kurasakan padahal nyatanya gak pernah ada alias aku aja yang ke Ge-Er an.hihihi

yaph.. begitulah aku tumbuh hingga sepertinya aku mulai beranjak dewasa. Aku mulai bisa berdamai dengan diriku, mulai bisa melihat dari kacamata lain hingga aku nyaman dengan diriku, keadaanku dan nyaman dengan keluargaku. Aku sangat menyayangi mereka dan aku tahu mereka pun sangat menyayangiku. dan itu tidak diragukan lagi karena bukti kasih sayang mereka aku rasakan setiap hari hingga saat ini. :D

 Begitulah awal mulanya aku suka menulis. Aku sadar betapa dahsyatnya kekuatan sebuah tulisan. Aku berharap agar kedepannya aku bisa menulis hal-hal yang bermanfaat bagi orang banyak.. bukan hanya menyebarkan kegalauan semata.. amiiin
sampai jumpa lagi :D


salam
ave mistika