Kali
ini aku menulis blog ini di kamarku. Asyik sendiri ditemani lagu-lagu dan
iringan gitar tetangga sebelah. Cukup
menghibur dengan suara pas-pasan mereka, hehehe
J .
Suasana di mendalo sepi. Anak-anak kos pada pulang kampung untuk liburan
sehabis ujian semester. Yaah meskipun Unja agak telat dibanding universitas
lainnya, namanya pulang kampung setelah liburan semesteran itu pasti
ditunggu-tunggu yang namanya mahasiswa.
Ini
tahun kedua aku nggak pulang kampung. Rindu sih pastinya. Rasanya pingin banget
pulang saat ngeliat teman-teman membawa
koper mereka dan dengan senyum bahagia berpamitan pulang satu-persatu. Tapi aku
gak bisa pulang L
.. kenapa? ? Karena nanggung . Aq harus nyelesain skripsiku. Nanggung banget
kalo aku pulang sekarang dan harus membuang waktu yang seharusnya bisa aku
pakai untuk bimbingan skripsi dengan liburan.Waktuku tinggal sedikit. Aku harus
bisa mengejar ketertinggalanku dengan
teman-temanku yang udah seminar duluan. Coba
saja ya kalo aku nggak disuruh ganti
judul pasti aku udah seminar juga dan bisa pulang. Tapi nggak perlu mengeluh. .
aku tak perlu menyalahkan keadaan. Semua ini pasti berujung baik dan
menjadikanku lebih lebih dewasa, lebih sabar dan lebih banyak belajar lagi J
Emm .. kali ini aku pingin cerita sedikit tentang Bapak aku
yah..
Tadi sore
Bapakku nelpon. Disaat seperti ini senang banget rasanya bisa mendengar
suara Bapak. Bapakku gaya bicaranya lucu
dan gak ngebosenin. Gimana pun susahnya keadaan disana bapak selalu
menceritakan dengan gayanya sehingga selalu terdengar baik-baik saja dan ‘tidak
ada yang perlu dikhawatirkan’. Bapak
banyak cerita tentang perkembangan di kampung.
Kampungku
dulunya satu diantara kampung-kampung penghasil jeruk manis Berastagi, Tanah Karo.
Namun sekarang kebanyakan tanaman jeruk
disana terserang penyakit lalat buah. Lalat-lalat ini membuat jeruk2 busuk dan
jatuh dari pohon sehingga gagal panen. Harga pupuk ,obat2 pembasmi hama yang
mahal membuat pengeluaran tidak sebanding dengan hasil yang diterima. Jelas
saja banyak warga yang putus asa.
Di saat
kondisi seperti itu ada suatu perusahaan yang menawarkan warga untuk menjadi
pemasok tembakau. perusahaan itu menyediakan bibit untuk ditanam dan memberikan
pupuk serta pestisida gratis. Sementara itu hasil panen akan dijual kepada
perusahaan dengan harga yang sudah ditentukan.
Hasil yang diterima dinilai menguntungkan sehingga sedikit demi sedikit
warga di kampung mulai menanam tembakau di ladang , termasuk Bapak.. awalnya tembakau hanya tanaman tumpang sari
yang ditanam diantara pohon jeruk Bapak, namun ketika hama buah sudah kian
merajalela Bapak jadi beralih ke tembakau dan sebagian pohon jeruk juga sudah ditebang. Untungnya
untuk tanaman sayur-mayur seperti kembang kol dan kentang Bapak masih tetap
menyisakan sedikit lahan.
Hmmfhh,
aku juga bilang sama Bapak kalau aku sedikit kecewa karena sebenarnya aku lebih
suka jika Bapak tetap menjadi petani jeruk,bukan petani tembakau. Aku khawatir gimana kalau aku pulang kampung
nanti dan pingin memetik dan makan jeruk sebanyak-banyaknya yang ada hanya
tanaman tembakau dengan daunnya yang lebar dan baunya yang menyengat itu? Nggak
lucu kalo aku jadinya malah memetik daun tembakau sebanyak-banyaknya lalu
menghisapnya kan? Apa boleh buat... hehehehe
Bagiku apapun profesi Bapak aku, dia tetap Bapak yang paling
Hebat.. J
Miss U Daddy ..
Miss U Daddy ..
